BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Siapa yang tidak kenal dengan
Pancasila dan Soekarno sebagai penggalinya? Pada tanggal 1 Juni 1945 untuk
pertama kalinya Bung Karno mengucapkan pidatonya di depan sidang rapat Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan.
Pancasila merupakan pandangan hidup,
dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar
pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan negara Indonesia? Kondisi ini dapat
terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia
seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan
budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus
dipersatukan.
Sejarah Pancasila adalah bagian dari sejarah inti negara Indonesia.
Sehingga tidak heran bagi sebagian rakyat Indonesia, Pancasila dianggap sebagai
sesuatu yang sakral yang harus kita hafalkan dan mematuhi apa yang diatur di
dalamnya. Ada pula sebagian pihak yang sudah hampir tidak mempedulikan lagi
semua aturan-aturan yang dimiliki oleh Pancasila. Namun, di lain pihak muncul
orang-orang yang tidak sepihak atau menolak akan adanya Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia.
Mungkin kita masih ingat dengan kasus kudeta Partai Komunis Indonesia
yang menginginkan mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi Komunis. Juga
kasus kudeta DI/TII yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan mendirikan
sebuah negara Islam. Atau kasus yang masih hangat di telinga kita masalah
pemberontakan tentara GAM.
Jika kita melihat semua kejadian di atas, kejadian-kejadian itu
bersumber pada perbedaan dan ketidakcocokan ideologi Pancasila sebagai ideologi
negara Indonesia dengan ideologi yang mereka anut. Dengan kata lain mereka yang
melakukan kudeta atas dasar keyakinan akan prinsip yang mereka anut adalah yang
paling baik, khususnya bagi orang-orang yang berlatar belakang prinsip agama.
Berdasarkan Latar Belakang permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk
menulis makalah yang berjudul “PANCASILA VS AGAMA”.
Masalah pokok yang hendak dikemukakan di sini adalah kenyataan bahwa
Pancasila tidak merupakan paham yang lengkap, juga tidak merupakan kesatuan
yang bulat. Kelengkapannya bergantung pada pemikiran lain yang dijabarkan ke
dalam Pancasila; dan kesatuan bulatnya juga demikian. Dalam rangka ini, paham
agama bisa pula masuk.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apakah Pancasila masih cocok menjadi
ideologi yang dianut oleh bangsa Indonesia yang terdapat beragam kepercayaan
(agama).
2. Apakah dengan terus menjadikan
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, dapat menuju negara yang aman dan
stabil.
C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan Makalah
1. Tujuan Penulisan Makalah
a. Untuk mengetahui sejauh mana
Pancasila cocok dengan agama.
b. Untuk mengetahui arti penting dari
adanya Pancasila di negara Indonesia.
c. Untuk mengetahui bagaimana seharusnya
negara yang memiliki masyarakat yang beragam agama.
2. Kegunaan Penulisan Makalah
a. Bagi Penulis
Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu pemenuhan tugas terstruktur
dari mata kuliah Pancasila.
b. Bagi pihak lain
Makalah ini diharapkan dapat menambah referensi pustaka yang berhubungan antara
Pancasila dengan Agama.
D. Pembatasan Masalah
1. Penulisan makalah ini dibatasi
pemasalahannya yaitu hanya membahas sangkut paut agama dengan Pancasila.
2. Agama yang menjadi objek utama dalam
penulisan makalah ini adalah Agama yang ada di Indonesia (Islam, dll).
BAB II
METODE PENULISAN
A. OBJEK PENULISAN
Objek
penulisan makalah ini adalah mengenai Pancasila dan hubungannya dengan
gama-agama yang ada di Indonesia. Dalam makalah ini juga dibahas mengenai
kontroversi penerapan ideologi pancasila di Indonesia.
B. DASAR PEMILIHAN OBJEK
Kami sebagai penyusun makalah ini, memilih
objek Pancasila dengan Agama karena kedua hal ini adalah dua komponen negara
Indonesia yang masing-masing mempunyai pengaruh yang sangat kuat bagi para
penganutnya. Jika terjadi ketidakserasian antara dua komponen ini, maka akan
terjadi suatu yang sulit untuk diselesaikan.
C. METODE PENGUMPULAN DATA
Dalam
pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kaji
pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang
diangkat dalam makalah ini yaitu mengenai hubungan Pancasila dengan agama.
Disamping itu, penulis juga mendapatkan data dari hasil wawancara dengan
orang-orang yang berkompeten di bidang pancasila dan agama. Sebagai referensi juga
diperoleh dari situs web internet yang membahas mengenai falsafah Pancasila
sebagai dasar falsafah negara Indonesia.
D. METODE ANALISIS
Penyusunan makalah ini berdasarkan metode
deskriptif analistis, yaitu mengidentifikasi permasalahan berdasarkan fakta dan
data yanag ada, menganalisis permasalahan berdasarkan pustaka dan data
pendukung lainnya, serta mencari alternatif pemecahan masalah
BAB III
KETUHANAN YANG MAHA ESA
A.
Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila pertama Pancasila sebagai dasar falsafah
negara adalah “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Oleh karena sebagai dasar negara maka
sila tersebut merupakan sumber nilai, dan sumber norma dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara, baik yang bersifat material maupun spiritual.
B.
Ketuhanan Yang Maha Esa Sebagai Asas Universil
Ketuhanan Yang Maha Esa suatu asas yang
mengandung kebenaran universil, artinya diakui oleh umat manusia dari zaman
purbakala sampai kepada zaman modern dewasa ini, walaupun bentuk dan isinya
tidak sama, dan pada setiap zaman itu terdapat pula sementara orang yang tidak
memperhatikan atau mengabaikan dan tidak mengakui atau mengingkarinya.
C.
Pengertian sila 1(ketuhanan yang Maha
Esa
Pancasila sila pertama yang berbunyi
Ketuhanan Yang Maha Esa berarti bahwa negara mengakui adanya Tuhan. Tuhan
merupakan pencipta seluruh alam semesta ini. Yang Maha Esa berarti Maha
Tunggal, tiada sekutu bagiNya, Esa dalam zatNya, dalam sifatNya maupun dalam
perbuatanNya. Tuhan sendirilah yang maha mengetahui, dan tiada yang sanggup
menandingi keagunganNya. Tidak ada yang bisa mengaturNya karena Tuhan mengatur
segala aturan. Tuhan tidak diciptakan oleh makhluk lain melainkan Tuhan yang
Menciptakan segalanya. Bahagia, tertawa, sedih, tangis, duka dan gembira juga
Tuhan yang menentukan.
Dengan demikian Ketuhanan Yang Maha
Esa mengandung makna adanya keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Tunggal,
yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Dan diantara makhluk ciptakan Tuhan
Yang Maha Esa yang berkaitan dengan sila ini ialah manusia. Sebagai Maha
Pencipta, kekuasaan Tuhan tidaklah terbatas, sedangkan selainNya adalah
terbatas.
Negara Indonesia didirikan atas
landasan moral luhur, yaitu berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang sebagai
konsekuensinya, maka negara menjamin kepada warga negara dan penduduknya untuk
memeluk dan untuk beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya, seperti
pengertiannya terkandung dalam:
A. Pembukaan UUD 1945 aline ketiga, yang antara lain berbunyi:
“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa …. “
Dari bunyi kalimat ini membuktikan
bahwa negara Indonesia tidak menganut paham maupun mengandung sifat sebagai
negara sekuler.
Sekaligus menunjukkan bahwa negara Indonesia bukan merupakan negara agama,
yaitu negara yang didirikan atas landasan agama
tertentu, melainkan sebagai negara yang didirikan atas landasan Pancasila atau
negara Pancasila.
B. Pasal 29 UUD 1945
Negara
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya.
Oleh karena itu di dalam negara
Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam hal Ketuhanan Yang Maha Esa, dan
sikap atau perbuatan yang anti terhadap Tuhan Yang Maha Esa, anti agama.
Sedangkan sebaliknya dengan paham Ketuhanan Yang Maha Esa ini hendaknya
dipahami dalam – dalam, diwujudkan dan dihidupsuburkan kerukunan hidup
beragama, kehidupan yang penuh toleransi dalam batas-batas yang diizinkan oleh
atau menurut tuntunan agama masing-masing individu, agar terwujud ketentraman,
kesetabilan dan kesejukan di dalam kehidupan beragama.
Untuk
senantiasa memelihra dan mewujudkan 3 model kerukunan hidup yang meliputi :
·
Kerukunan hidup antar umat
seagama
·
Kerukunan hidup antar umat
beragama
·
Kerukunan hidup antar umat
beragama dan Pemerintah.
Tri kerukunan hidup tersebut
merupakan salah satu faktor perekat kesatuan bangsa. Di dalam memahami sila I
Ketuhanan Yang Maha Esa, hendaknya para pemuka agama senantiasa berperan di
depan dalam menganjurkan kepada pemeluk agama masing-masing untuk menaati
norma-norma kehidupan beragama yang dianutnya, misalnya : bagi yang beragama
Islam senantiasa berpegang teguh pada kitab suci Al-Qur’an dan Sunnah Rasul,
bagi yang beragama Kristen (Katolik maupun Protestan) berpegang teguh pada
kitab sucinya yang disebut Injil, bagi yang beragama Budha berpegang teguh pada
kitab suci Tripitaka, bagi yang beragama Hindu pada kitab sucinya yang disebut
wedha.
Falsafah Negara Pancasila, Sila
Pertama Disebut Ketuhanan yang Maha Esa; Masalah ke-Tuhanan merupakan suatu hal
yang pokok/dasar dalam setiap agama, sehingga suatu agama yang tidak ada/tidak
Jelas Tuhannya maka bukanlah agama. Semua agama mengajarkan bahwa Tuhan itu Esa
(tunggal) yang dalam istilah agama disebut Tauhid; artinga meng-Esakan Tuhan
yaitu Allah SWT;. Namun demikian bahwa KeTuhanan Yang Maha Esa tersebut
mempunyai penafsiran yang berbeda di antara satu agama dengan agama lainnya,
baik itu dalam islam, Kristen, Hindu maupun Budha. Perbedaan-perbedaan tersebut
harus diterangkan, agar supaya berdasarkan pengertian tentang adanya perbedaan
itu akan timbul saling pengertian dan hargamengharagi antara satu sama lain,
sehingga tidak menimbulkan pertengkaran/perpecahan dalam kehidupan
bermasyarakat.
Sehubungan hal tersebut,
dalam makalah inidiuraikan pula beberapa pandangan agama selain islam tentang
Ke-Esaan Tuhan. Hal ini dimaksudkan hanya untuk memperjelas. Islam menekankan
dengan sungguh-sungguh tentang ke-Esaan Tuhan. Tuhan itu adalah benar-benar
Esa/Tunggal;, Esa murni dalam arti Tuhan yang tidak dapat dipisahpisahkan lagi
atau bukan merupakan kumpulan (kesatuan) dari satuan-satuan lain.Sebagaimana
dinyatakan dalam Al-Qur’an antara lain: Surat Al-Ikhlas, ayat 1-4, yang artinya
; Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa;Allah adalah Tuhan, yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu ; Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakan; dan
tidak seorangpun yang setara dengan dia;. Surat-Ash-Shad, ayat 65, yang
artinya: . . . Dan sekali-sekali tidak ada Tuhan, selain Allah Yang Maha Esa
dan Maha mengalahkan;. Surat Al-Baqarah ayat 163, yang rtinya: Dan Tuhanmu
adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang;. Dunia dimana kita ni hidup menunjukkan berbagai macam
keragaman. Penciptaan adalah banyak, tetapi Sang Pencipta adalah Satu. Selain
daripada kepercayaan agama, kita dapat mencapai kesimpulan tentang ke-Esaaan
hakikat eksistensi dengan jalan logika atau dengan pengalaman duniawi atau
dengan pengalaman kejiwaan kita sendiri. Adlah suatu hukum daripada science,
bahwa kita ini hidup dalam alam yang penuh dengan berbagai macam ragam gejala,
tetapi satu sama lain saling berhubungan.
D.
Pengertian Ketuhanan Yang Maha
esa dalam Pendidikan Islam
Falsafah Negara Pancasila, Sila Pertama
Disebut Ketuhanan yang Maha Esa; Masalah ke-Tuhanan merupakan suatu hal yang
pokok/dasar dalam setiap agama, sehingga suatu agama yang tidak ada/tidak Jelas
Tuhannya maka bukanlah agama. Semua agama mengajarkan bahwa Tuhan itu Esa
(tunggal) yang dalam istilah agama disebut Tauhid; artinga meng-Esakan Tuhan
yaitu Allah SWT;. Namun demikian bahwa KeTuhanan Yang Maha Esa tersebut
mempunyai penafsiran yang berbeda di antara satu agama dengan agama lainnya,
baik itu dalam islam, Kristen, Hindu maupun Budha. Perbedaan-perbedaan tersebut
harus diterangkan, agar supaya berdasarkan pengertian tentang adanya perbedaan
itu akan timbul saling pengertian dan hargamengharagi antara satu sama lain,
sehingga tidak menimbulkan pertengkaran/perpecahan dalam kehidupan
bermasyarakat.
Sehubungan hal tersebut, dalam makalah
inidiuraikan pula beberapa pandangan agama selain islam tentang Ke-Esaan Tuhan.
Hal ini dimaksudkan hanya untuk memperjelas. Islam menekankan dengan sungguh-sungguh
tentang ke-Esaan Tuhan. Tuhan itu adalah benar-benar Esa/Tunggal;, Esa murni
dalam arti Tuhan yang tidak dapat dipisahpisahkan lagi atau bukan merupakan
kumpulan (kesatuan) dari satuan-satuan lain.Sebagaimana dinyatakan dalam
Al-Qur’an antara lain: Surat Al-Ikhlas, ayat 1-4, yang artinya ; Katakanlah:
Dia-lah Allah, Yang Maha Esa;Allah adalah Tuhan, yang bergantung kepada-Nya
segala sesuatu ; Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakan; dan tidak
seorangpun yang setara dengan dia;. Surat-Ash-Shad, ayat 65, yang artinya: . .
. Dan sekali-sekali tidak ada Tuhan, selain Allah Yang Maha Esa dan Maha
mengalahkan;. Surat Al-Baqarah ayat 163, yang rtinya: Dan Tuhanmu adalah Tuhan
Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang;. Dunia dimana kita ni hidup menunjukkan berbagai macam keragaman.
Dalam hal ini Al-Qur’an mengajukan
argumentasi yang sangat sederhana: andaikata ada pada langit dan bumi Tuhan
selain Allah niscaya rusak binasalah kedua-duanya itu (Al-Anbiya, 22).
Andaikata ada Tuhan selain Allah, niscaya tata semesta ala mini tidak ada yang
stabil, dan tidak ada hukum alami dapat berjalan. Demikian juga dalam science,
alam ini adalah satu, dan berbagai macam ragaman ini diikat dengan berbagai kesatuan
hukum dan semua kesatuan hukum itu akhirnya dari kesatuan hukum yang meliputi
seluruhnya. Dalam science, penglaman-pengalaman membenarkan hipotesa ini,
tetapi science hanya menggarap penonema indrawi saja. Agama menekankan bahwa
dunia yang dipahami dengan pengertian juga merupakan satu kesatuan, sekalipun
dunia pengertian; itu tidak berhadapan dengan kita sebagai suatu fakta yang
indrawi.
Plato menerangkan dengan jalan akal yang
logis untuk menyusun sebuah piramida daripada idea. Berbagai macam ragaman
daripada dunia lahiri ini adalah merupakan dasar daripada piramida itu; di atas
dasar itu terdapatlah berbagai macam idea; dan berbagai macam idea makin
berkurang apabila kita meningkat lebih atas lagi hingga kita sampai kepada
puncak piramida dimana hanya ada satu idea, idea daripada seantero idea yang
plato katakana kebaikan; dan dari kebaikan inilah semua idea bersumber dan
dengan perantaraannya dunia ini menjadi ada. Filsafat mencapai kesimpulan
tentang keharusan adanya kesatuan akal. Ahli fisika mengidentikkan totalitas
daripada eksistensi ini dengan dunia indrawi dan ia menganggap tidak benar
melampaui hal itu. Ahli filsafat platonis mengidentikkan realitas dengan akal
dan ia menganggap suatu kemustahilan untuk melampaui dibalik akal, sebab sampai
disitu akal telah sampai kepada klimaksnya. Akal harus berhenti sampai kesitu.
Dalam perjalanan sejarah,
manusia seringkali mulai dengan kepercayaan tentang banyak Tuhan, yang Tuhan
satu sama lain tidak ada hubungannya sama sekali, atau bahkan Tuhan yang satu
bermusuhan dengan Tuhan yang lainnya, tetapi akhirnya mereka sampai kepada idea
tentang Esanya Tuhan. Demikian juga penemuan-penemuan alami dimulai dengan
penemuan-penemuan kebanyakragaman dari alam semesta ini, hingga akhirnyasamapi
kepada satu idea tentang kesatuan alam semesta ini. Dimana mereka menemukan
bahwa berbagai macam penomena alami yang paling jauh diketahui tunduk kepada
satu hukum yang sama dan saling berhubungan kausal satu sama lain. Di samping
akal dan dunia, Tuhan juga terasa dalam kesadaran moral manusia. Immanuel Kant
menyatakan bahwa hal yang menakutkan dia; langit yang bertaburan
bintang-bintang di atas dan hukum moral yang ada di dalam dirinya sendiri.
Dalam kedua dunia ini; dunia atas dan dunia
dalam ia berusaha untuk menemukan kesatuan dan uniformnya hukum yang
menguasainya. Rupa-rupanya ia mendapatkan kesukaran untuk menyatukan dua
kesatuan itu dalam satu kesatuan yang fundamental, darimana kedua-duanya itu
bersumber. Ia meninggalkan hal itu dalam bidang kepercayaan, dengan memegang
teguh thesisnya bahwa agama baru mulai dimana filsafat berhenti. B. Agama Islam
adalah Monotheisme Menurut Islam, Tuhan yang benar adalah monotheistic dan
semua nabi-nabi mengajarkan monotheis.
Dalam
deretan perkembangan agama daripada anak cucu Israil, Al-Qur’an dengan khusus
menyebutnya nabi Ibrahim AS yang mengajarkan monotheisme dalam bentuk yang amat
tegas lagi jelas dan Nabi Muhammad SAW sendiri menyatakan berulang kali bahwa
iamengambil jalan yang benar sebagaimana jalan yang dilalui oleh Nabi Ibrahim
AS yang menolak penyembahan berhala dan menolak anggapan berbagai macam gejala
alam sebagai Tuhan. Sebagaimana firman Allah SWT menyatakan: Lantaran itu,
turutlah agama Ibrahim yang lurus; dan bukanlah ia seorang daripada kaum
musyrik;. (Al-Imran: 95). kemudian kami wahyukan kepadamu hendaklah engkau
turut agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah ia daripada golongan musyrik;.
(An-Nahl: 123). Di dalam agama Hindu, kita juga melihat perkembangan yang lama dan
berangsur-angsur dari polytheisme dan penyembahan gejala alam kepada
monotheisme dan monisme spiritual. Demikian juga agama Kristen. Yesus atau Isa
Bin Maryam, adalah seorang monitheis dan banyak juga dari orang-orang Kristen
yang tetap monotheis. Tetapi ajaran trinitas mengaburkan monotheisme agama
Kristen dengan memasukan ajaran inkarnasi dan ajaran adanya tiga oknum yang
co-eternal dan sejajar, yang semuanya itu adalah satu, tetapi dalam waktu yang
sama adalah juga tiga. Ajaran ini karena tidak bisa dipahami oleh agama Kristen
dikatakan Mystery; (ajaran yang rahasia). Inilah sebabnya, maka Professor
Willfred Cantwell Smith, seorang Guru Besar Perbandingan Agama di McGill
University Canada menyatakan bahwa orang-orang Kristen membuat kesalahan fundamental
lagi sangat keji, ialah mereka menyembah utusan Tuhan (Jesus) dengan
mengabaikan ajaran-ajarannya.
Ini pulalah sebabnya maka
professor H.A.R Gibb seorang ahli ilmu pengetahuan Islam terkenal dari Oxford
University menyatakan bahwa methapor-methapor dimana ajaran Kristen diungkapkan
mwmuaskan dia secara akal sebagai pelahiran simbolis tentang kebenaran rohani
yang paling tinggi asal methapor-methapor itu tidak diinterprestasikan dalam
pengertian-pengertian dogma yang anthropomorphis, tetapi sebagai pengertian
umum dengan mengingat pandangan orang-orang Kristen yang berubah-ubah tentang
kodrat alam semesta. Islam menganggap tidak ada gunanya dan bahkan salah
kepercayaan Trinitas itu dan Al-Quran antara lain menyatakan: Sesungguhnya
telah kafir-lah orang-orang yang berkata bahwa Allah itu ialah masih anak
Maryam;. ( Al-Maidah: 72). Sesungguhnya telah kafir-lah orang-orang yang
berkata, bahwa Allah adalah yang ketiga daripada tiga, padahal tidak ada Tuhan
melainkan Tuhan Yang Maha Esa;. (Al-Maidah: 73).
Agama Zoroaster pada azasnya adalah juga monotheis, sekalipun
monotheismenya itu dalam beberapa hal dikaburkan oleh kepercayaan yang
henotheistis tentang adanya dua prinsip yang relative berpisah dan bermusuhan
satu sama lainnya, ialah terang dan gelap atau ahura dan ahriman yang satu sama
lain selalu berlawanan. Soal Buddhisme adalah berbeda sedikit. Pada umunya para
sarjana agama menganggap bahwa Buddhisme iru merupakan agama yang tidak
bertuhan. Buddha mengajarkan tentang peningkatan kerohanian manusia yang dapat
dicapai dengan memahami dan mengikuti hukum-hukum moral yang menurut di adalah
kasih sayang dan penolakan keinginan-keinginan yang sifatnya pribadi dan
jasmani. Ia menolak ajaran
Trimurti Hindu, tetapi ia tidak mengajarkan dan tidak menolak ajaran tentang
keesaan Tuhan.
Kita
tidak dapat berkata bahwa usaha pemurnian dan penjernihan ajarn-ajaran Buddha
telah mendapat hasil yang banyak dewasa ini, tetapi kalau dalam agama Hindu
maka dengan mempelajari pikiran-pikiran pembaharuan-pembaharu agama Hindu sejak
daripada Ram Mohan Roy sampai kepada Gandhi orang dapat memperoleh pengertian
bahwa Hinduisme baru itu adalah makin hari makin monotheistis. Swami Rama
Tiratha, Swami Vivekanada, Swami Dajananda, Ramakrishna
Parmahansa
dan lain-lain pembaharu modal dan agama Hindu adalah dalam beberapa hal
monotheis sebgaian dari mereka dengan menekankan kepada Tuhan yang lebih
pribadi dan yang lainnya kepada Tuhan yang lebih tidak pribadi, dengan cara
pendekatan dari segi fiksafat atau mistik. Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW tidak pernah mengaku agama yang paling oertama yang mengajarkan monotheisme
atau ke-Esaan Tuhan. Sebaliknya islam menekankan bahwa kepercayaan tentang
ke-esaan Tuhan itu adalah sama tuanya dengan lahirnya manusia dan itulah
kebenaran agama. Islam mengajarkan bahwa semua nabi-nabi mengajarkan kebenaran
yang fundamentil itu dan semua kitab-kitab suci agama mengajarkan tentang
ajaran monotheisme itu. Tetapi kepercayaan itu dari waktu ke waktu oleh tangan
manusia, dan nabi demi nabi diutus oleh Allah kepada berbagai macam bangsa dan
kelompok umat manusia untuk mengembalikan kebenaran yang asasi itu. Oleh karena
itu kesatuan asasi daripada seluruh agama adalah merupakan salah satu ajaran
islam. Ajaran agama-agama besar satu sama lain berbeda dalam cara-cara
peribadatannya dan hukum-hukumnya, karena bedanya lingkungan, waktu dan tempat,
tetapi kepercayaan tentang keesaan Tuhan adalah sama pada seluruh agama.
Menurut Al-Qur’an kepercayaan tentang ke-esaan Tuhan itu dan usaha untuk
menyempurnakan kebaktian Tuhan itulah merupakan pokok daripada semua agama yang
benar.
Dari kepercayaantentang ke-Esaan Tuhan
berakibat bukan hanya kesatuan eksistensi saja, tetapi juga kesatuan umat
manusia seanteronya. Di atas telah diterangkan, bahwa kesatuan yang esensil
daripada semua agama adalah merupakan ajaran pokok daripada islam,. Itu adalah
akibat daripada ke-Esaan Tuhan. Islam mengajarkan bahwa sebagai akibat ajaran
tentang ke-Esaan Tuhan, ialah kesatuan seantero umat manusia. Al-Qur’an
berulangkali menekankan bahwa umat manusia seluruhnya adalah diciptakan dari
seorang, dan Allah meniupkan rohnya pada Adam, yang dalam berbagai ayat dalam
Al-Qur’an diidentikkan dengan manusia asal jenis manusia, Islam tidak
menyatakan, bahwa manusia itu seragam dalam segala segi aspeknya. Tetapi
Al-Qur’an menekankan bahwa perbedaan bahasa dan cara hidup dalamberbagai bangsa
atau kelompok ummat manusia adalah merupakan tanda-tanda kekuasaan Tuhan.
Dalam hal itu pula ditekankan,
bahwa dalam asasnya ummat manusia seluruhnya adalah satu dan oleh karenanya
semua bangsa dan kelompok ummat manusia hendaknya berusaha untuk mencari
persetujuan dalam berbagai soal-soal asasi ; dan bahwa soal asasi yang paling
esensi adalah kepercayaan bahwa Tuhan adalah Esa dan bahwa semua manusia adalah
hanya satu keluarga. Dan sebagian daripada tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah
penciptaan langit dan bumi dan perbedaan bahasa kamu dan warna kamu ;
sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda bagi orang-orang yang
mengetahui;.(Ar-Rum: 23). Adalah manusia itu satu ummat yang
tunggal;.(Al-Baqarah:213). Persaudaraan dan persatuan seantero ummat manusia
adalah hanya merupakan akibat yang langsung dari kepercayaan tentang ke-Esaan
Tuhan.
Demikian pula kesatuan moral
adalah juga merupakan akibat yang langsung daripada kepercayaan tentang
ke-Esaan Tuhan. Sekalipun bangsa-bangsa dan kelomopok-kelompok ummat manusia
berbeda dalam adat kebiasaan dan tatacara hidupnya, namun seharusnya ada satu
ukuran moralitas yang obyektif bagi mereka semua itu. Ukuran moral yang
dualistic, satu utnuk bangsa atau golongannya sendiri dan yang lainnya untuk
bangsa dan golongan bangsa yang lain, seharusnya tidak bisa kita tolerir.
Nietzsche membedakan tentang ukuran moral bagi bangsa tuan dan ukuran moral
bagi bangsa budak, sebagaimana sementara orang membedakan antara kode moral
bagi lelaki dan kode moral bagi wanita. Islam menekankan bahwa manusia
seluruhnya adalah satu, kode moralnya pun harus satu pula. Dalam ayat-ayat
A-Qur’an berhubungan dengan moral maka Allah dalam firman-Nya selalu
membarengkan antara lelaki dan wanita dan hanya dalam ajaranajaran moral yang
bukan esensi maka ayat-ayat Al-Qur’an mempunyai anjuran-anjuran yang khusus
untuk lelaki dan anjuran yang khusus untuk wanita. Jadi kesatuan hukum morak
adalah akibat yang langsung daripada kesatuan ummat manusia adalah akibat
langsung daripada ke-Esaan Tuhan.
Dalam deretan sifat-sifat Tuhan
maka sifat ke-Esaan Tuhan inilah yang paling ditekankan dalam Al-Qur’an. Sifat
inilah kalau dibandingkan dengan sifat-sifat Tuhan yang paling mudah dipahami.
C. Keesaan Tuhan sebagai Problem Theologi Karena tidak demikian mudahnya
memahami soal-soal yang berhubungan dengan Ketuhanan, maka timbullah berbagai
macam aliran pikiran dalam theology. Dalam islam juga ada aliran-aliran
theology, demikianjuga dalam agama Kristen . diantaranya sebab-sebab yang pokok
ialah karenaTuhan tak terbatas itu tidak dapat dipahami oleh akal yang terbatas
dan kerana Tuhan Yang Mutlak itu tak dapat dipahami oleh sesuatu yang relative
(nisbi). Untuk mengetahui dunia secara kwalitatif dan kwantitatif orang
dilengkapi dengan organisme dengan indera-indera yang khusus yang dengan itu
dapat mencapai tujuan-tujuan yang sifatnya biologis.
Akalpun berurat berakar pada
indera kerja, kerja akal itu hanya merupakan eksistensi daripada indera. Akal
orang adalah merupakan alat perjuangannya untuk eksistensinya dan adaptasi terhadap
keadaan sekitarnya. Indera-indera dan akal adalah terbatas dan nisbi ini
menggarap soal-soal yang terbatas dan nisbi pula.
Manusia sekalipun telah mencapai tingkatan
science yang amat tinggi dan berfikir secara logis, namun ia tidak dapat dengan
sebenar-benarnya memahami tentang kodrat (nature) daripada atom, juga tidak
bisa memahami dengan sebenar-benarnya tentang tumbuhnya sehelai daun rumput.
Oleh karena itu adalah tidak sepatutnya bahwa manusia mempunyai prestensi dapat
mengetahui sifat-sifat daripada sumber yang terakhir daripada semua yang hidup
dan semua eksistensi ini. Ini adalah kesulitanyang pertama. Lalu masalah ada
lagi kesulitan dalam memahami Ketuhanan itu.Bahasa yang dipakai orang adalah
bahasa inderawi. Tiap-tiap kata dalam bahasa orang adalah berhubungan dengan
indera.
Bagaimanakah bisa sifat-sifat Tuhan dapat
digambarkan dalam bahasa manusia, Tuhan yang tidak berada dalam waktu dan
tempat juga tidak bisa menjadi obyek daripada indera kita. Bagi manusia nilai-nilai
dan pemikiran-pemikiran yang paling tinggi adalah terbatas pada kodrat daripada
pikiran dan badan wadak kita. Bagaimana kita dapat mencapai apa yang ada di
luar kodrat kemanusiaan kita dan hubungannya dengan kehidupan dan apa yang ada
ini: Apakah kita ini akan menghancurkan agam yang benar dan menyebabkan orang
terperosok ke dalam salah satu daripada nihilisme moral dan intektual atau
menurunkan idea tentang Tuhan dengan menjadikan Dia seorang Tuhan yang dapat
diketahui, Tuhan yang tentu lebih rendah daripada orang yang mengetahui, karena
sesuatu yang diketahui itu tentu dapat diliputi dan dikuasai oleh yang
mengetahui. Oleh karena itu agam tidak bisa didasarkan kepada ketidak
pengetahuan sama sekali tentang Tuhan dan tidak bisa didasarkan kepada pengetahuan
yang sempurna tentang Tuhan. Juga pengetahuan tentang Tuhan tidak dapat dicapai
oleh akal manusia. Tuhan tidak dapat secara logika diformulirkan, juga tidak
bisa dipahami secara psikologis.
Tiap usaha untuk memahami
Tuhan oleh akal selalu berakhir dengan peniadaan terhadap Tuhan.Spinoza
menyatakan bahwa tiap definisi adalah merupakan pembatasan pengetahuan,
sebagaimana kita mengetahui, adalah hubungan subyektif. Maka bagaimana kita
dapat mengetahui sesuatu yang bukan subyek, bukan obyek, juga bukan sesuatu
yang merupakan hubungan obyek dan subyek. Ibn Chaldun menyatakan bahwa aksi
adalah merupakan sesuatu timbangan yang tepat dan catatan-catatannya adalah
pasti dan dapat dipercaya. Tetapi mempergunakan akal untuk menimbang soal-soal
yang berhubungan dengan ke-esaan Tuhan, atau hidup setelah mati, atau hakekat
wahyu atau sifat-sifat Tuhan, atau soal-soal lain seperti itu yang berada di
luar jangkauan akal, adalah seperti mencoba mempergunakan timbangan tukang emas
untuk menimbang gunung.
Ini
tidak berarti bahwa timbangan itu yang tidak tepat. Al-Qur’an
menyatakan:;sedang mereka tidak meliputi Allah dengan pengetahuan mereka;.
(Thaha: 110). Selain daripada itu, dalam kesadaran beragama selalu terdapat
garis pemisah antara yang disembah dengan orang yang menyembah. Kesadaran bahwa
yang disembah itu adalah Maha Kuasa lagi Maha Suci danyangmenyembah adalah
lemah lagi berdosa. Ini seringkali menimbketegangan batin, danketegangan batin
itu terdapat pada semua agama. Semua agama menekankan tentang lainnya Tuhan
daripada apa yang bukan Tuhan. Tetapi dalam waktu yang sama orang yang
menyambah sadar tentang dekatnya Tuhan kepadanya, orang menyembah tidak mungkin
memisahkan idea tentang Tuhan daripada pengalaman keagamaannya sendiri.
Tetapi kalau kita dapat memahami
bahwa sifat-sifat Tuhan, sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Qur’an dengan
istilah-istilah manusia itu sebagai symbol dan mengetahui bahwa indera dan akal
manusia adalah terbatas dan nisbi, maka bahaya akan jatuh dalam
anthropomorphisme dan anthropopathisme dapat dihindarkan. Kalau kitab suci
agama masing-masing adalah merupakan sumber yang paling autentik untuk memahami
ajaran agama masing-masing tentang Ketuhanannya, maka karena jelasnya Al-Qur’an
dalam menerangkan tentang konsepsi Ketuhanannya, maka inilah sebabnya dalam
sejarah Theologi islam tidaklah terdapat bermacam-macam aliran yang sangat
berbeda satu sama lain, sebagaimana terdapat dalam agama-agamalain.
Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan secara singkat tentang masalah ke-Esaan Tuhan
menurut Al-Qur’an, maka dapatlah diambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut:
1. Pengertian ke-EsaanTuhan,menurut Al-Qur’an adalah telah jelas dan
tegas,bahwa Tuhanitu adalah Esa/ahad sebagaimana dinyatakan Al-Qur’an dalam
Surat Al-ikhlas. Penegasan tentang hal ini menunjukkan bahwa islamlah agama
yang benar-benar menganut faham monotheisme yang murni. Dan hal inilah kiranya
yang merupakan cirri khusus Islam yang tidak akan ter pengaruh karena perubahan
zaman atau tempat. 2. Pengertian ke-Esaan Tuhan, menurut agama-agama selain
islam, dapat dikataka pengakuan Esa, tetapi tidak murni. Hal ini karena masih
mengakui Ilah-ilah (Tuhan-tuhan) yang lain. Sehingga tidak monotheistic lagi,
bahkan lebih tepat dikatakan menganut paham Polytheime. 3. Bahwa ke- Esaan
Tuhan menurut Al-Qur’an bukanlah sesuatu yang dogmatis dan irasionil, tetapi
bahkan sesuatu pengertian yang rasional yang masuk dab dapat dimengerti oleh
akal pemikiran yang sehat, karena Tuhan itu maha Kuasa, Maha Sempurna, maka
secara otomatis Dia harus Esa/Tinggal, sebab jika lebih dari satu, maka
tentunya tidak Esa lagi
E. BUTIR-BUTIR PANCASILA SILA PERTAMA
Ø Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaanya kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Ø Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
Ø Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antra pemeluk
agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
Membina kerukunan hidup di antara sesama
umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Ø Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing
Ø Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang lain.
F.
MAKNA SILA KE TUHANAN YANG MAHA ESA
1.Tidak Memaksakan Suatu Agama &
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Kapada Oranglain.
Bangsa Indonesia dalam melaksanakan
ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa memiliki
landasan yang dapat menjamin kehidupan beragama, diantaranya adalahsebagai
berikut:
Pancasila, dalam sila Ketuhanan Yang
Maha Esa dan didasari oleh sila-sila lainnya.
Pembukaan UUD 1945: pada alenea
ke tiga: Atas berkat rahmat Allah yang Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan
yang luhurAlenea ke empat: Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasarkan kepada ketuhanan yang maha esa.
Ketetapan MPR No IV/MPR/1999 tentang
GBHN Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHNDalam ketetapan tersebut dicantumkan
bahwa salah satu arah kebijakan bidang agama
adalah meningkatkan dan memantapkan kerukunan hidup antar umat beragama sehingga tercipta suasana kehidupan
yang harmonis dan saling menghormati dalam
semangat kemajemukan melalui dialog antar umat beragama
dan pelaksanaan pendidikan agama secara deskriptif yang tidak dogmatis
untuk .tingkat perguruan tinggi.
Dari beberapa uraian di
atas kita dapat menyimpulkan pelaksanaan Ibadah Agama
dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa adalah :
v Negara kita adalah negara yang berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha
Esa.
v .Negara memberikan jaminan kebebasan kepada warga negara untuk
memeluk salah satu agama atau kepercayaan sesuai dengan keyakinan
masing-masing.
v Kita tidak boleh memaksakan seseorang untuk memeluk agama kita atau
memaksa seseorang pindah dari satu
agama ke agama yang lain.
v Dalam hal ibadah negara memberikan jaminan seluas-luasnya kepada
semua umat beragama dan penganut
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk.melaksanakan
ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing
v Setiap warga negara Indonesia harus percaya dan beriman kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Kemudian
Pengertian Ibadah adalah
perbuatan menghambakan diri kepada Tuhan Yang.Maha
Esa yang didasari kekuatan mengerjakan perintahnya dan menjauhi larangannya.
Agama
adalah ajaran, terutama didasarkan antara hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan sesama dan dengan alam
sekitarnya berdasarkan suatu kitab.suci. Jadi
pengertian Ibadah
tidak hanya melakukan kewajiban kepada Tuhan, tetapi juga kepada sesama manusia dan alam sekitarnya. Setiap agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa mengajarkan kepada pemeluk
dan penganutnya, tentang perintah perintah dan larangan larangan Tuihan
bagaimana harus bersikap dan bertindak dalam hubungannya dengan Tuhan maupun.dalam hubungannya dengan sesama manusia dan alam
sekitarnya.
2.Manusia Indonesia percaya & takwa
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai ajaran Agama & Kepercayaanya Masing –
Masing Menurut Dasar Kemanusiaan yang adil
dan berdadab.
Kebebasan memeluk agama adalah salah
satu hak yang paling asasi diantara hak-hak asasi manusia, sebab
kebebasan agama itu langsung bersumberkan kepadamartabat manusia sebagai
mahluk Tuhan.Manusia selain merupakan mahluk ciptaan Tuhan juga merupakan
mahluk sosial,yang berarti bahwa manusia memerlukan pergaulan dengan
manusia lainnya. berarti ba manusia
memerlukan pergaulan dengan manusia lainnya. Setiap manusiaSetiap
manusia perlu bersosialisasi dengan anggota masyarakat
lainnya. perlu bersosialisasi dengan anggota masyarakat lainnya.Bangsa
Indonesia yang beraneka agama, menjalankan ibadahnya masing-masingBangsa
Indonesia yang beraneka agama, menjalankan ibadahnya masing-masingdimana
pemeluk melaksanakan ajaranNya sesuai dengan norma agamanya.dimana pemeluk
melaksanakan ajaranNya sesuai dengan norma agamanya.Agar tidak terjadi
pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda, makaAgar tidak terjadi
pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda, maka hendaknyahendaknyadikembangkan
sikap toleransi beragama, yaitu sikap hormat menghormati sesamadikembangkan
sikap toleransi beragama, yaitu sikap hormat menghormati sesama pemeluk
agama yang berbeda, sikap menghormati kebebasan menjalankan ibadah pemeluk
agama yang berbeda, sikap menghormati kebebasan sesuai ajaran agama masing-masing, dan tidak boleh
memaksakan suatu agamakepada orang lain.
Tolenransi beragama tidak berarti
bahwa ajaran agama yangsatu bercampur Dari beberapa uraian di atas kita
dapat menyimpulkan pelaksanaan Ibadah Agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa antara lain:
1. Negara kita adalah negara yang
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Negara memberikan jaminan
kebebasan kepada warga negara untuk memeluk salahsatu agama atau kepercayaan sesuai dengan keyakinan masing-masing.
3.
Kita tidak boleh memaksakan seseorang untuk memeluk agama kita atau memaksaseseorang pindah dari satu agama ke agama yang lain
BAB IV
RUMUSAN MASALAH
Kontroversi Pancasila Ditinjau Dari Sila
Ketuhanan Yang Maha Esa :
Sebagai dasar negara RI,
Pancasila juga bukanlah perahan murni dari nilai-ni-lai yang berkembang di
masyarakat Indonesia. Karena ternyata, sila-sila dalam Pan-casila, sama persis
dengan asas Zionisme dan Freemasonry. Seperti Monoteisme (Ke-tuhanan YME),
Nasionalisme (Kebangsaan), Humanisme (Kemanusiaan yang adil dan beradab),
Demokrasi (Musyawarah), dan Sosialisme (Keadilan Sosial). Tegas-nya, Bung
Karno, Yamin, dan Soepomo mengadopsi (baca: memaksakan) asas Zionis dan Freemasonry
untuk diterapkan di Indonesia.
Selain alasan di atas, agama-agama yang berlaku di Indonesia tidak hanya
Is-lam, tetapi ada Kristen Protestan dan Katolik, Hindu, Budha, bahkan
Konghucu. Ke-semua agama itu, menganut paham atau konsep bertuhan banyak,
bahkan pengikut a-nimisme. Hanya agama Islam saja yang memiliki konsep
Berketuhanan Yang Maha Esa (Allahu Ahad).
Sejak awal, Pancasila agaknya
tidak dimaksudkan sebagai alat pemersatu, a-palagi untuk mengakomodir
ke-Bhinekaan yang menjadi ciri bangsa Indonesia. Te-tapi untuk menjegal peluang
berlakunya Syari’at Islam. Para nasionalis sekuler, ter-utama Non Muslim,
hingga kini menjadikan Pancasila sebagai senjata ampuh untuk menjegal Syariat
Islam, meski konsep Ketuhanan yang terdapat dalam Pancasila ber-beda dengan
konsep bertuhan banyak yang mereka anut. Mereka lebih sibuk menye-rimpung orang
Islam yang mau menjalankan Syariat agamanya, ketimbang dengan gigih
memperjuangkan haknya dalam menjalankan ibadah dan menerapkan ketentuan agamanya.
Bagaimana toleransi bisa dibangun di atas konstruksi filsafat yang
meng-hasilkan anarkisme ideologi seperti ini?
Dalam memperingati hari
lahir Pancasila, 4 Juni 2006, di Bandung, muncul sejumlah tokoh nasional
berupaya memperalat isu Pancasila untuk kepentingan zio-nisme. Celakanya,
mereka menggunakan cara yang tidak cerdas dan manipulatif. De-ngan berlandaskan
asas Bhineka Tunggal Ika, mereka memosisikan agama seolah-olah perampas hak dan
kemerdekaan bangsa Indonesia. Segala hal yang berkaitan dengan agama dianggap
membelenggu kebebasan. Kebencian pada agama, pada gi-lirannya, menyebabkan
parameter kebenaran porak-poranda, kemungkaran akhlak merajalela. Kesyirikan,
aliran sesat, dan perilaku menyesatkan membawa epidemi kerusakan dan juga bencana.
Anehnya, peristiwa bencana
gempa bumi yang menewaskan lebih dari 6000 jiwa di Jogjakata, 27 Mei 2006,
malah yang disalahkan Islam dan umat Islam. Seo-rang paranormal
mengatakan,”Bencana gempa di Jogjakarta, terjadi akibat pendu-kung RUU APP yang
kian anarkis.” Lalu, pembakaran kantor Bupati Tuban, cap jempol atau silang
darah di Jatim, yang dilakukan anggota PKB dan PDIP, dan meny-atroni aktivis
FPI, Majelis Mujahidin, dan Hizbut Tahrir. Apakah bukan tindakan a-narkis?
Jangan lupa, Bupati Bantul, Idham Samawi, yang daerahnya paling banyak korban
gempa bumi berasal dari PDIP.
Tidak itu saja. Upaya penyeragaman budaya, maupun moral atas nama agama, juga
dikritik pedas.
“Bhineka Tunggal Ika sebagai
landasan awal bangsa Indonesia harus dipertahankan. Masyarakat Indonesia
beraneka ragam, sehingga tindakan menyeragamkan budaya itu tidak dibenarkan,”
kata Megawati. Penyeragaman yang dimaksud, sebagaimana dikatakan Akbar
Tanjung,”Keberagaman itu tidak dirusak dengan memaksakan kehendak. Pihak yang
merongrong Bhineka, adalah kekuatan-kekuatan yang ingin menyeragamkan.”
Padahal, justru Bung Karno pula orang pertama
yang mengkhianati Pancasila. Dengan memaksakan kehendak, ia berusaha
menyeragamkan ideologi, budaya, dan seni. Ideologi NASAKOM (Nasionalisme,
agama, dan komunis) dipaksakan berlaku secara despotis. Demikian pula, seni
yang boleh dipertunjukkan hanya seni gaya Le-kra. Sementara yang berjiwa
keagamaan dinyatakan sebagai musuh revolusi. Begitu pun Soeharto, berusaha
menyeragamkan ideologi melalui asas tunggal Pancasila. Hasilnya, kehancuran.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan latar belakang, pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Pancasila adalah ideologi yang sangat
baik untuk diterapkan di negara Indonesia yang terdiri dari berbagai macam
agama, suku, ras dan bahasa. Sehingga jika ideologi Pancasila diganti oleh
ideologi yang berlatar belakang agama, akan terjadi ketidaknyamanan bagi rakyat
yang memeluk agama di luar agama yang dijadikan ideologi negara tersebut.
Dengan mempertahankan ideologi Pancasila
sebagai dasar negara, jika melaksanakannya dengan baik, maka perwujudan untuk
menuju negara yang aman dan sejahtera pasti akan terwujud.
IMPLIKASI
Untuk semakin memperkokoh rasa bangga terhadap
Pancasila, maka perlu adanya peningkatan pengamalan butir-butir Pancasila
khususnya sila ke-1. Salah satunya dengan saling menghargai antar umat
beragama.
Untuk menjadi sebuah negara Pancasila
yang nyaman bagi rakyatnya, diperlukan adanya jaminan keamanan dan
kesejahteraan setiap masyarakat yang ada di dalamnya. Khususnya jaminan
keamanan dalam melaksanakan kegiatan beribadah.
SARAN
Untuk mengembangkan nilai-nilai
Pancasila dan memadukannya dengan agama, diperlukan usaha yang cukup keras.
Salah satunya kita harus memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Selain itu,
kita juga harus mempunyai kemauan yang keras guna mewujudkan negara Indonesia
yang aman, makmur dan nyaman bagi setiap orang yang berada di dalamnya